Kembali bujang

 Jakarta 3 Mei 2023




Setelah isti dan anak pulang ke kampung halaman pada hari selasa tanggal 2 Mei 2023 kemarin, akupun terpaksa melakukan segala aktifitasku dengan seorang diri, mulai dari beresikan tempat tidur, menyapu rumah, mencunci piring, masak nasi, goreng ikan dan bahkan sampai tidur pun sendiri. 

Aku pun memaklumi semua yang aku hadapin saat ini, aku berusaha kuat walau sendiri meratapi kesedihan karena baru saja di tinggal oleh mertua (Jaidin Bin A. Bakir) hebat untuk selama-lamanya. 

Ada hal yang membuatku sangat sedih sampai detik ini, aku tidak bisa melihat secara langsung pemakamannya apalagi kuburannya, aku juga tidak mendapatkan foto atau vidionya yang terakhir dari istriku. Jujur aku tidak menyalahkan istri karena tidak mengirimkan foto penguatku itu, aku sangat memaklumi apa yang dia rasakan atau alami setelah di tinggal oleh belahan jiwanya. 

Aku juga tidak mungkin bisa bersikap egois dalam hal ini, misalnya dengan memaksakan istriku untuk mengikuti apa yang aku inginkan, aku juga sadar bahwa istriku sekarang lebih tenang dengan orang tua dan keluarganya dirumah walau dia menginginkan aku ada disampingnya. 

Yang jelas aku tidak bisa mengekang apapun yang dilakukan oleh istriku sekarang, sebagai suami aku hanya bisa mendukung dan mensupport walau dari kejauhan. Aku tidakkan suruh dia segera datang kepadaku dalam keadaannya yang sedang merana seperti sekarang, aku akan menjemputnya ketika dia bilang "abi, umi mau ke tempat abi, nanti di jemput yaaa".

Saat Kata-kata itu sudah dia utarakan maka aku akan langsung mengabulkan keinginannya, Biarlah aku hidup sendiri dulu dalam beberapa waktu kedepan, aku akan merasa bahagia apabila istri hebat ku ini sudah bisa tegar dan semangat kembali seperti biasanya. 

Setelah dua malam di tinggal oleh istri dan anak, aku mencoba melakukan segala aktifitas yang menurutku bisa menutup kesedihan dan kerinduanku, baik dengan istri dan anakku maupun dengan orang tua atau mertua ku.

Semua hal aku lakukan untuk menyibukkan diri agar fokus ku tidak lagi ke hal-hal yang menyedihkan hati. Malam pertama aku merasa tidak bisa tidur karena pikiran ku kemana-mana tak menentu, beruntung nya aku di WA oleh sahabat ku "pak sahud namanya" Beliau mengajakku ke Jati Negara untuk membeli ikan hias. 

Awalnya aku menolak dengan tegas Ajakannya tapi dia tetap memaksa aku supaya aku ikut dengannya. Aku memiliki firasat tidak enak kalau pergi ke tempat ini karena aku pasti akan terbawa suasana untuk membeli ikan juga walau aku tau ikan ku sudah banyak di akuarium di rumah. 

Kami pun mulai keluar dari rumah pak sahid menuju jalan raya sembari menunggu mobil Inova miliknya yang di kendarai oleh om veru. Tidak selang lama mobilnyapun datang dan parkir langsung di depan tempat kami berdiri. 

Satu persatu kami naik mobil tersebut yang di mulai oleh bu Hj. Halimatussaadah yang duduk di depan bersama dengan anaknya yang bernama syafiq setelahnya dilanjutkan oleh aku dan pak sahid yang duduk di bangku tengah. Perjalan kami Kurang lebih 1 jam menuju ke tempat penjualan ikan tersebut.

Dalam perjalanan tersebut kami bercerita banyak, mulai cerita serius, bercanda dan bahkan berdebat tentang penentuan lagu yang akan kami dengan di mobil itu. Om veru yang memegang remot kendali di mobil itu tetep setia mendengar nyanyian dewa 19 yang di nyanyikan oleh ahmad dani dan ari lasso. 

Disisi lain pak sahid tidak senang dengan lagu dewa 19 dan menyuruh untuk mengganti lagu dengan lagu terhits, lagu itu berjudul "ikan dalam kolam" Yang penyanyinya adalah perempuan seksi. 

Setelah pak sahid putar lagu tersebut, bu Hj. Yang duduk di depan tadi langsung berikan peringatan " Lihat ini anaknya lihat penyanyi seksinya" Tanpa tunggu lama sahabatku ini mengganti pilihannya dengan judul lagu baru dan penyanyi yang agak feminim pemakaiannya. 

Beliau terus scroll ke bawah dengan berharap menemukan lagu kesukaannya, beberapa kali scroll ke bawa akhirnya beliau berhenti pada lagu yang berjudul "berkali-kali" Yang biasanya aku dengar penyanyi adalah lesti Kejora tapi ternyata yang dia pilih bukan yang di nyanyikan oleh lesti tapi yang berbeda. Yang jelas aku tidak tau siap penyanyinya yang pasti itu di grup band ADELLA, aku pribadi baru tau grup band ini. 

Sesampainya kami di sana akulah yang pertama turun dari mobil tersebut karena posisiku sangat dekat dengan pintu mobil dan arahnya pun tidak mengganggu pengguna jalan yang sedang melintas tempat parkiran kami. 

Mula-mula aku jalan melewati satu persatu orang yang menjual ikan sambil menunjukkan muka tidak ingin membeli. Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak membeli ikan kali ini, setapak demi setapak kaki kami melangkah sesekali berhenti untuk melihat-lihat saja. Aku hanya memberi masukan saja pada sahabatku ini karena dialah yang ingin beli ikan. 

Waktu tidak terasa berputarnya terlalu cepat, aku baru menyadari pada saat aku melihat jam tangan ku ternyata waktu kami berjalan sudah sampai 32 menit 18 detik. Waktu yang cukup banyak menurutku tapi kami belum membeli satu ikan pun. 

Sampai pada akhirnya aku mengajak sahabatku ini masuk ke bagian dalam tempat penjual ikan ini dan ternyata dia tertarik ingin membeli ikan injarannya di kolam bang-abang yang berambut hitam lebat ini, sambil mengisap rokoknya dia bilang " Ambil aja pak, buat bapak saya kasih 100.000 dapat 5 ekor deh". 

Sahabat satu ini tidak langsung aku suruh ambil lantaran ingin mencari yang lain sebagai bahan perbandingan harga dan disini pula lah awalnya aku terpancing untuk membeli ikan karena di sebelah kiri bagian kolamnya ada ikan kesukaanku "Ikan Koi", tapi aku berusaha menahan agar tidak membelinya, yang anehnya kakiku terus mengajak ku jalan kembali ke tempat ikan Koi tadi. 

Benar saja langkahku terhenti pada ikan yang selama ini aku suka peliharanya. Aku menyuruh sahabatku masuk dan ambil ikan pilihannya sedangkan aku tetap di tempat ikan koi tersebut sambil melihat sekaligus menanyakan harganya. 

Sebagai seorang pembisnis aku sedikit tidaknya memahami taktik orang yang berjualan, awalnya penjual itu memberikan aku pilihan untuk mengambil 17 ikan koi di kolam itu dengan harga 130.000 tapi aku menolaknya. Aku tanya - tanya terus sembari menawar harga ikannya.

17 ikan itu aku tawah hanya 30.000 dengan menggunakan pendekatan sesama seorang pedagang, bapak penjualnya pun tidak sepakat dengan tawaran ku itu karena menurutnya itu terlalu murah. 

Beliau menurunkan harganya menjadi Rp. 100.000 tapi aku tetap tidak mau, kenapa aku tidak mau karena aku sangat mengerti betul apabila harga bisa diturunkan maka kemungkinan besar harganya masih bisa aku tawar lagi. 

Setelah lama berpikir aku tetap komit harga ikan itu 30.000 saja, bapak penjualnya sampaikan kepadaku dengan suara pelan "begini aja pak, ambil sama bapak 60.000 aja ya ini harga sudah murah bangat pak"Ungakapnya.

Aku juga tidak mau kalah dengan penjualannya, aku masih mencoba melakukan negosiasi agar harganya bisa di kurangi lagi. Aku bilang ke penjualnya "begini aja pak bagaiman kalau aku beli semuanya dengan harga 40.000 kalau bapak tidak kasih tidak apa-apa sih, soalnya tadi aku memang tidak ada niat beli ikan tapi karena lihat ikan ini aku jadi kepengen beli tapi ql harganya tak bisa segitu aku tidak jadi beli pak ya. 

Bapak penjualnya menghela hafal panjang sambil berpikir keras apakah ikannya di lepas atau kah tetap di pertahankan, Kira-kira begitulah pertarungan pikirannya, sampai akhirnya bapak tersebut deal dengan aku 40.000 harga ikan Koi 15 ekor tersebut. 

Dalam hati aku bergumam "ternyata ilmu tawar menawar ku masih bisa di pake juga toh walau aku sering tidak menggunakannya", pak sahid dan om veru pun tidak percaya dengan harga ikan yang aku beli apalagi ikan itu adalah ikan bagus kata om veru. 

Aku sih tidak permasalahkan percakapan itu yang paling penting aku sudah beli ikannya dan sudah mendapatkan sesuai dengan keinginan ku.

Setelah beli ikan kami tidak langsung pulang ke rumah, pada hal jamnya sudah menunjukkan jam 12:02. Om veru dan sahid berdiskusi untuk mampir di rumah makan daerah Kemayoran jakarta pusat. Aku dan bu Hj. Adah hanya ikut aja apa yang mereka diskusikan tanpa ikut dalam pembahasannya, kami hanya bilang iya atau boleh karena kami berdua tak memahami lokasi itu secara detail. 

Perjalan kami dari jati negara menuju kemayoran itu lumayan cepat karena posisinya tidak macet, ya wajarlah sudah tengah malam mana ada yang suka keluyuran yang membuat macet. 

Sesampainya di rumah makan itu aku mengira akan masuk di gedung 2 lantai yang ada di hadapan ku, tapi ternyata kami tidak masuk di situ malah kami makan di pojokan gedung dl tersebut. Dalam hati aku berkata "syukurlah tidak masuk di gedung 2 lantai ini sebab aku takut di plang gedung ini bertulis "BAKSO RUSUK" Artinya dalam pikiranku di gedung ini hanya jual Bakso. 

Dari dulu sampai sekarang aku tidak suka makan bakso karena menurutku bakso itu tidak enak apalagi daging sapi, kambing, kuda atau kerbau yang di gunakan sangatlah bau. "Itu menurutku ya" Kalian kalau suka makan ya monggo. 

Kami menghabiskan waktu 23 menit disini sampai kami memutuskan untuk pulang tapi sebelum pulang ada kejadian lucu disini, dimana tiba-tiba anak dari pak sahid minta pipis tapi disini tidak ada toilet sama sekali karena mereka berdua sedang makan akulah yang antar anaknya pipis sambil mencari toilet atau tempat gelap agar dia bisa pipis.

Karena toilet aku cari-cari tak ada aku langsung ajak syafik (nama anak pak sahid) pipis di plang Bakso Rusuk posisi plang itu strategis bangat, aku membuka tutup botol aqua yang ada di tanganku untuk dipake menyirami bekas pipisnya syafik. 

Tak selang waktu lama pak sahid dan istrinya menghampiri ku dan langsung mengambil anaknya dan kamipun langsung ke mobil untuk segera pulang ke rumah masing-masing. 

Jalan pulang yang kami lewati kali ini adalah jalan yang sering orang-orang menemukan kepala bergelantungan di tembok atau istilah kasarnya ialah perempuan penghibur laki-laki berhidung belang. 

Om veri sesekali menceritakannya kepada kami di tambah pak sahid juga menegaskan ceritanya tugasku adalah mendengar sesekali ikut memberikan komentar atau pertanyaan. 

Dalam perjalan kami ini anak pak sahid belum juga tidur walau sudah tengah malam dia sangat menikmati tontonannya yang ada di TV mobil itu. Aku juga ikut menikmati filem yang di putar nya, karena filem itu adalah kesukaan ku juga dulu waktu kecil dan bahkan sampai sekarang sih, filem itu berjudul "ultraman".

Filem ini juga berhasil mengantarkan syafiq tertidur lelap dipangkuan bundanya, aku juga tidak menghiraukan dia tidur karena aku sedang asyik nonton ultraman yang sedang berantem, sampai pada akhirnya kamipun sampai depan rumahnya pak sahid dan kami siap-siap menurunkan semua barang belanjaan kami. 

Pak sahid keluar duluan sembari membuka pintu depan karena istrinya tidak bisa membuka pintu itu karena dengan memangku anaknya yang tidur sedangkan aku sibuk mengeluarkan ikan yang kami beli, setelah keluar dari mobil itu aku langsung mengantarkan ikan yang di beli oleh pak sahid tadi ke rumahnya, setelah mengantar ikan itu aku langsung pamit pulang untuk menggabungkan ikan yang baru aku beli dengan ikan lamaku di akuarium. 

Setelah sampai rumah aku memasukkan ikannya satu persatu sembari melihat dan memandanginya, persaudaraan mereka sangatlah kuat walau mereka baru saja bertemu. Kebahagiaan mereka sangat lengkap karena mereka menemukan keluarga barunya. 

Dalam posisi ini aku langsung terpikir tentang istri dan anakku yang sedang bersama dengan keluarga besar di kampung halaman, aku meyakinkan hatiku bahwa mereka berdua sangat bahagia melebihi kebahagiaan ikan yang aku lihat ini dan mungkin kerinduannyapun sedikit terobati dengan bertemu semua keluarga dan koleganya. 

Aku sedikit merenungkan diriku "akhirnya aku kembali menjadi bujangan lagi setelah 5 tahun lebih hidup bersama dengan istri tercinta. Untuk tanyakan kapan dia pulang aku tak berani karena aku masih yakin kebahagiaannya sekarang ada di pangkuan kakak, adek dan ibunya. 

Akhirnya aku tutup tulisan ini dengan kalimat "akhirnya aku merasakan kehidupan bujangan lagi".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis buku dari karya ilmiah

MENJADI PENULIS MAYOR

“MENULIS BUKU MAYOR DALAM DUA MINGGU”