Perjuangan Anak Kampung Jadi Guru Di Ibu Kota

 Perjuangan Anak Kampung Jadi Guru Di Ibu Kota

Oleh : Sahril Al Hamid



Pada tahun 2015 silam saya menyelesaikan S1 di salah satu kampus ternama di Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu kampus Universitas Muhammadiyah Mataram dimana pada saat itu saya lulus dengan predikat yang cukup, waktu itu saya ambil jurusan PPKn di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Setelah dua bulan dinyatakan lulus saya disuruh langsung oleh orang tua untuk kembali ke kampung halama supaya bisa mengabdikan diri untuk menjadi guru di tempat kelahiran, karena memiliki rasa bakti terhadap orang tua maka saya mencoba mengikuti apa yang menjadi permintaannya. Mulai dari sinilah awal perjuangan ingin menggapai mimpi menjadi guru, mampi untuk memberikan pemahaman, pengalaman, berbagi ilmu dan berbagi cerita dalam rangka memberi motivasi kepada generasi yang akan melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa.

Beberapa bulan menunggu informasi tentang pembukaan lowongan menjadi guru di semua sekolah yang ada di tempat kelahiran, saya pun tidak kunjung mendapatkan informasi yang dinginkan sehingga saya tidak punya pilihan lain lagi melainkan memberikan pengertian dan penjelasan yang masuk akal kepada orang tua agar diijinkan untuk merantau di luar kota kelahiran.

Ketika tiba waktu malam, saya mengajak diskusi orang tua dan semua keluarga tentang niat ingin merantau di tempat yang lebih jauh dari sebelumnya. Setelah Semua keluarga sudah kumpul dan saya langsung membuka percakapan dengan sedikit agak serius dari sebelumnya, jadi begini umiku, abuku serta semua keluarga besar yang saya hormati sejak awal saya sudah mencoba mengikuti semua apa yang menjadi keinginan semua keluarga besar akan tetapi sudah beberapa bulan ini saya sudah menganggur dan tidak memiliki aktifitas yang jelas disini, untuk itu saya minta restu dan doa insya allah dalam waktu beberapa minggu ke depan saya berencana ingin pergi merantau ke Jakarta dan sekaligus menguji kemampuan yang saya miliki.

Orang tua saya sontak kaget mendengar pernyataan itu karena mereka memiliki harapan besar terhadap saya untuk keberlangsungan keluarga besar agar menjadi lebih baik dan terpandang di mata masyarakat akan tetapi orang tua dan semua keluarga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak dan melarang keputusan saya sehingga kedua orang tua dan semua keluarga balik bertanya kepada saya “ memang kamu mau ke tempat siapa di Jakarta?” Dengan nada yang sangat rendah dan dengan mimik wajah yang tidak percaya bahwa saya akan bisa bertahan terhadap keputusan itu.

Sayapun menjawab dengan sederhana dan meyakinkan, umi, abu dan semuanya, dengan kalimat meyakinkan “tenang saja saya sudah ditemanin dengan ilmu yang sudah saya miliki, serta kepercayaan yang keluarga besar berikan kepada saya itu adalah kekuatan yang selalu bersama saya dalam menuntaskan rintangan yang akan saya dapatkan kedepan, pokoknya saya memohon doa dan ridhonya insya allah semuanya akan baik-baik saja dan saya yakin akan mendapatkan yang membanggakan nantinya, yang paling penting teruslah berdoa ke depan kepada Allah agar selalu mendampingi saya dalam perjuangan ini.

Waktu sudah sangat larut dan diskusi saya dengan keluargapun mendapatkan hasil yang diinginkan bahwa minggu esok hari saya akan langsung pergi meninggalkan kota kelahiran untuk mengadu nasib di ibu kota, sejatinya saya belum terlalu yakin akan keputusan untuk merantau di ibu kota karena ada beberapa alasan yang mendasar, diantaranya informasi dari orang-orang yang sudah pernah merantau di Jakarta seperti pernyataan sebagai berikut :

“ Jakarta itu kota yang sangat luas, Jakarta kota yang keras, Jakarta kota para petarung, Jakarta kota penjahat, Jakarta kota pembunuh, Jakarta kota perampok, Jakarta kota pelacur, Jakarta kota sadis “.

Dan banyak lagi pendapat orang-orang yang memang memandang buruk kota ini, cuman satu sisi dalam keraguan itu saya memberikan stimulus atau motivasi pada diri sendiri “kamu belum mencoba dan merasakan sendiri kondisi Jakarta lantas bagaimana mungkin kamu bisa mengetahui kebenarnnya. Jadi coba saja dulu nanti kalau memang sesuai dengan apa yang disampaikan oleh orang-orang itu maka tetaplah bertahan dan jangan sampai pulanhg” begitulah stimulus atau motivasi yang tiba-tiba muncul dalam benak saya.

Hari keberangkatan telah tiba dan sayapun sudah siap menerima semua konsekuensinya nanti apapun yang terjadi, ada hal yang membuat saya tidak takut sama sekali dalam perjalanan ini karena saya mendapatkan ridho kedua orang tua serta dapat dukungan dari semua keluarga, walau waktu itu keluarga sedang krisis keadaan finansial, cuman saya tidak terlalu memikirkan masalah finansial yang penting waktu itu adalah bagaimana cara supaya bisa sampai ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta saya langsung menemui teman-teman saya yang sudah lama tinggal kota ini tapi pada saat itu tempat istirahat saya masih belum jelas masih numpang kiri kanan dan bahkan saya sampai tidur di masjid, numpang mandi dimesjid numpang makan di masjid dan bahkan numpang buang air besar dan buang air kecil dimesjid, sekitar satu bulan sejak saya datang ke jakarta saya tidak pernah mencari informasi lowongan kerja karna pada saat itu saya focus untuk menguasai jalan-jalan atau medan di kota ini (Jakarta). Hal seperti ini saya lakukan pula pada bulan ke dua dan bulan ketiga. Saya memang sengaja mau menguasai jalan di kota ini karena menurut orang-orang di kampong, Jakarta adalah kota para penjahat sehingga saya sangat semangat dalam mencari celah dimana kelebihan dan kelemahan kota ini, saya juga sudah memikirkan kemungkinan terburuk ketika suatu saat saya terjebak di kota ini maka saya akan dengan mudah meloloskan diri dari kejahatan tersebut karna sudah memahami jalan-jalan di ibu kota.

Setelah tiga bulan menjajaki kaki di hampir semua jalan dan sebagian gangnya maka saya putuskan untuk jalan keluar untuk mendapatkan informasi lowongan kerja. Dari sinilah awal ceritaku menjadi guru, waktu itu saya diterima oleh salah satu Madrasah (MTs di kota bekasi) yang ada dilokasi bekasi kota tepatnya di kampong Sawah kota bekasi. Waktu itu saya tinggal di Jakarta selatan tepatnya area pasar minggu. Hampir setiap hari saya naik angkot dan bahkan jalan kaki untuk bisa sampai di sekolah tersebut, arah sekolah itu melewati kampong rambutan, taman mini Indonesia dan lubang buaya, berhubung saya mengajar PPKn saya menikmati betul suasana dalam perjalan sambil menghayal betapa luasnya indonesiaku dan betapa sadisnya pelaku pada G.30S PKI.

Waktu mengajar saya menemukan ada beberapa anak yang memang masih tidak memiliki seragam seperti yang lain akan tetapi sayapun tidak bisa berbuat banyak dikarenakan saya digaji perbulan hanya 250 ribu, dengan uang segitu sebenarnya habis di ongkos perjalan yang panjang karna dari Jakarta selatan sempai sekolah butuh waktu 2 jam perjalanan belum lagi rasa capek dan lelah yang dialami akan tetapi saya punya prinsip bahwa mengajar adalah satu kewajiban yang harus saya tunaikan karna saya sudah disumpah pada saat yudisium di universitas muhammadiyah mataram maka berangkat dari keyakinan itu sayapun bisa mengajar selama delapan bulan dan sebenarnya saya tidak ingin keluar dimadrasah ini akan tetapi saya dihadapkan oleh dua keputusan yang sangat sulit saya ambil, akan tetapi harus membutuhkan keputusan yang sangat tepat.

Waktu delapan bulan mengajar di MTs kota bekasi itu sangat terasa singkat, padahal saya sudah merasa nyaman, tenang dan senang akan tetapi saya juga memiliki janji terhadap orang tua bahwa saya pergi merantau untuk mencari kerja di Jakarta. Pada saat saya pulang menuju ketempat penginapan, saya mendapatkan informasi lowongan kerja jadi guru dari teman yang selalu setia menemani perjuangan saya dari awal, dia memberikan nomor kontak pemilik yayasan yang sedang membutuhkan tenaga pengajar yang sesuai dengan keahlian dibidangnya (guru PPKn). Saya pun mencatat nomor kontak pemilik yayasan itu dan mencoba untuk melakukan komunikasi terkait dengan kejelasan informasi lowongan kerja yang sudah di infokan di media social dan setelah saya telepon dan komunikasi langsung besoknya saya disuruh menghadap ke yayasannya oleh pimpinannya untuk di interviu, jadi disinilah awal saya melepas atau memutuskan keluar dari sekolah yang pertama saya masuki setelah mengijakkan kaki di rantauan. Pada saat itu pimpinan yayasan memberikan saya hanya dua pilihan :

1. Yayasan mencari guru yang bisa full time di Madrasah

2. Yayasan hanya bisa memberikan gaji semampunya

Dua poin inilah yang menjadi syarat yang diberikan oleh yayasan terhadap saya sehingga saya memutuskan untuk menyepakati atau setuju dengan dua syarat tersebut cuman saya minta ijin satu minggu untuk pamit ke sekolah saya yang dulu dengan tujuan ingin menjelaskan kenapa saya memutuskan atau memilih terima dan mau mengajar disekolah ini sehingga sekolah saya yang dulu bisa mencari guru baru yang nanti akan menggantikan saya, tawaran saya inipun diterima oleh pimpinan yayasan. Keesokkan harinya saya langsung kesekolah MTs di kota bekasi dan langsung meminta ijin mengundurkan diri dari sekolah tersebut, tidak banyak yang memberikan komentar terhadap keputusan yang saya buat karena kepala madrasah dan yang punya yayasan mengerti betul perjuangan saya. Kepala madrasah serta guru-guru di MTs di kota bekasi ini pun banyak yang memberika sikap positif terhadap keputusan itu sehingga kami hanya bisa saling mendoakan satu sama lain agar bisa sukses kedepan dan yang paling penting jalinan silaturahmi tatap dan harus di kuatkan.

Mengajar di Madrasah Jakarta ini sama seperti mengajar ditempat yang biasa saya ngajar cuman siswa pada madrasah ini jauh lebih banyak dari MTs dikota bekasi Tempat saya mengajar dulu serta dari segi kedisiplinan dan kerapihan di Madrasah tempat kerja saya yang baru ini jauh lebih disiplin dan rapih dibanding dengan sekolah yang dulu dan bahkan dalam proses belajar mengajarpun anak-anak yang sekolah di madrasah ini memiliki semangat, pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang mumpuni sehingga gurunya harus banyak belajar seperti banyak baca, banyak diskusi dan banyak update informasi terbaru.

Hari demi hari mengajar disini saya seolah menumukan jati diri saya menjadi seorang guru yang memang akan di gugu dan di tiru tingkah laku dan perbuatan oleh siswa maka saya harus semaksimal mungkin memberikan contoh terbaik kepada mereka seperti rajin membaca, rajin diskusi, rajin menulis, tingkatkan kedisiplinan dengan cara memasukkan baju, pakai sepatu, dan memakai ikat pinggang serta memakai dasi setelahnya saya pribadi mengajak tidak secara langsung untuk menjaga kebersihan walau saya paham dan tau kalau anak-anak dimadrasah ini memiliki kecintaan tersendiri terhadap kebersihan, cuman suatu ketika saya menemukan sampah yang tergelak di lantai maka akan saya ambil dan langsung membuangnya ditempat sampah sehingga anak-anak yang melihat apa yang saya lakukan memahami bahwa masih ada kotoran yang belum mereka bersihkan, apa yang saya lakukan secara tidak langsung membuat mereka belajar dan mengevaluasi diri bahwa mereka harus lebih semangat lagi dalam meningkatkan kebersihan, kerapian serta tingkatkan belajarnya.

Setelah enam bulan saya masuk di yayasan atau madrasah di daerah Jakarta utara prov. DKI Jakarta waktu itu langsung diangkat sebagai wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana, jabatan ini saya jalanin selama hamper lima tahun lebih dan saya tidak pernah diganti akan tetapi sayalah yang meminta untuk diganti agar yang lain bisa merasakan bagaiman cara mengelola perangkat sekolah khususnya dibidang sarana, saya pun memang ditahun-tahun sebelumnya ingin diganti dengan yang lain agar yang lain bisa merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan, sehingga ada pengalaman dan ilmu yang baru yang didapat oleh teman-teman yang menggantikan saya waktu itu.

Alhamndulilah setelah saya disetujui untuk tidak lagi menjabat dalam structural penting di madrasah karena beberapa kendala diantaranya alasan saya waktu itu adalah karena ingin focus pada studi di strata 2 (S2) di salah satu universitas yang ada di Jakarta selatan. Sayapun hamper tidak pernah meninggalkan kewajiban saya untuk mengajar sebab mengajar adalah prioritas saya dalam mendidik generasi yang mampu bersaing dalam segala bidang. Ketika saya mengajar kelas 12 atau sederajat saya selalu memberikan tiga pertanyaan kepada mereka untuk di pecahkan : Kuliah, Kerja, dan Menikah.

Tiga pertanyaan mendasar inilah yang saya kira harus dipecahkan oleh semua guru-guru di Indonesia, ketika siswa memili kuliah sudahkah kita bertanya kepada diri apa modal yang sudah kita sumbangkan terus ketika siswa ingin menikah kira-kira sudah benarkah kita mendidik akhlaknya dan ketika mereka memilih kerja bagaimana kita membentuk adabnya. Jadi kalau semua guru Indonesia memiliki solusi terhadap tiga persoalan mendasar ini maka generasi-generasi bangsa ini akan menjadi generasi yang beradab dan berakhlak baik. Semoga guru-guru diindonesia di berikan allah kesehatan dan kekuatan dalam membentuk karakter generasi sehingga akan muncul generasi yang cinta pada bangsanya dan hormat pada gurunya serta bangga terhadap agama yang di peluknya.

Untuk menutup tulisan ini saya ingin mengajak semua pembaca yang budiman “mari sama-sama mengajar dengan hati yang ikhlas sebab dengan keikhlasan itu akan lahir generasi yang penuh kebanggaan”.


Komentar

  1. Mantaap, madrasah hebat bermartabat

    BalasHapus
  2. Mntap sekali pak,, bnyak kali mengandung bawang😭😭😭

    BalasHapus
  3. Luar biasa perjuangan bapak untuk menjadi seorang guru👍👍saluuut🙏🙏

    BalasHapus
  4. Mantap. Lanjutkan. Terus menulis yang bapak bisa dan kuasai. Dia akan mengalir laksana mengalirnya air di sungai. Sukses.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak cing ato atas suport n semangatnya

      Hapus
  5. Perjalanan hidup yang sungguh bermakna.

    Salam Literasi

    BalasHapus
  6. Maasya Allah pak
    Sungguh pribadi yg bagus

    BalasHapus
  7. Kisah hidup yg hebat, mengalir. Keren pak. Sukses selalu.

    BalasHapus
  8. Melalui perjalanan hidup Anda, saya berkaca bahwa guru terbaik adalah pengalaman. Dorongan semangat dapat muncul akibat membaca biografi seseorang. Sukses selalu.

    BalasHapus
  9. Tulisan ini bisa dipoles danbdisetorkan ke Pak Dail ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Orang bisa jadi Penulis

Menulis buku dari karya ilmiah

RDMKU ERROR