Berani Benar Bersiaplah diAsingkan

Jakarta 9 juni 2022
Tulisan 110




Pada masa pemerintahan kolonial belanda masyarakat Indonesia yang memiliki keberanian untuk melawan kekejaman atau tidak mengikuti perintahnya maka secara langsung yang tidak menaati perintah itu akan mendapatkan balasan dari pemerintah Belanda baik dalam sanksi hukum penjara atau di asingkan dalam tempat tinggalnya. 

Pada tahun 1906 ada salah satu tokoh yang bernama dr. Wahidin Sudirohusodo yang resah akan keadaan pengajaran, yang menimpa di masyarakat, lantas beliau memutuskan untuk melakukan propaganda untuk menghimpun dana dengan berkeliling Jawa. Langkah yang dilakukan dr. Wahidin tersebut di nilai berhasil dan di kembangkan oleh salah satu mahasiswa yang bernama Sutomo, dan dari sinilah awal ada keharmonisan terhadap daerah-daerah yang berada di Jawa dan madura. 

Selang beberapa tahun berjalan tepatnya pada tanggal 20 Mei tahun 1908 Sutomo dan kawan-kawan membentuk satu organisasi yang bernama BUDI UTOMO. Budi Utomo inilah cikal bakal bangkitnya semangat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan, maka tidak salah apabila kita selalu memperingati hari kebangkitan nasional disetiap tanggal 20 Mei tersebut. 

Jadi budaya perbudakan atau pemerkosaan hak-hak orang lain di jaman kita di abad 20 ini seharusnya tidaklah di perlukan lagi, terkhusus di dunia pendidikan, sebab hal itu sudah pernah dilakukan atau di alami oleh nenek moyang kita dulu, apabila dalam diri penguasa masih menganggap orang yang berani memberi masukan dan saran adalah orang yang melawan kekuasaan atau bahkan mau menggeser jabatannya maka prespektif itu sangatlah primitif. Sebab cara berfikir seperti itu tidak diperlukan lagi dalam kehidupan kita sebagai bangsa yang merdeka. 

Cuman kembali lagi pada prespektif orang yang menjabat apakah cara berpikirnya konolial atau nasionalis, kalau cara berpikirnya kolonial maka hal-hal yang salah pasti dilakukan, seperti perbudakan, penghasutan, mengadu domba dan pandai mencari muka untuk terus berada pada wilayah kekuasaan. Sedangkan kalau cara berpikirnya nasionalis, maka yang di utamakan itu adalah kebhinekaan, kebersamaan, kesejahteraan, kebahagiaan dan keadilan. 

Ketika konsep diatas diterapkan dan digunakan oleh para penguasa yang memiliki kebijakan dalam mengelola potensi yang di miliki generasi bangsa, dalam hal ini berkaitan dengan pembelajaran dan pengajaran maka saya optimis, perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara kita akan cepat. Sebab sudah ada contoh nyata yang kita lihat misalnya hancurnya Nagasaki dan Horisima yang di bom bardir oleh sekutu. Jepang pada saat itu hancur lebur dan kalau di prediksi Jepang akan pulih kembali dalam waktu 100 tahun atau mungkin lebih tapi prediksi itu sangat jauh melenceng belum genap 80 tahun Jepang hancur lebur karna di bom bardir sekarang Jepang masuk dalam negara yang maju bukan lagi berkembang. 

Korelasi dari pembahasan disini adalah pernyataan petingggi Jepang yang memberikan semangat kepada bangsa-bangsa dan negaranya dengan cara memberi intruksi kepada panggotanya yang masih hidup untuk mendata berapa sekolah yang hancur dan berapa guru yang meninggal. 

Dalam kasus di atas sudah sangat jelas perkembangan suatu bangsa tergantung pada keberanian dan kepercayaan tanpa mengucilkan anggotanya yang lain. Saya mencoba menganalisis tentang kejadian itu, dan hasilnya sangat luar biasa. Bahwa Jepang lebih memberikan kepercayaan dan kebebasan kepada orang-orang atau warga negaranya yang berani untuk berpikir maju.

Sudah tidak asing lagi di telinga kita terkait dengan bangsa kita tercinta ini, apabila ada orang yang memberikan kebenaran pada konteks kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara tapi kebenaran itu membuat pemangku kekuasaan lengser dari kursi empuknya maka sudah jelas orang yang memberikan komentar atau isu kebaikan itu akan di binasakan, hal ini sesuai dengan kisah-kisah para tokoh yang hilang atau dibantai misalnya munir, wiji tukul dan bahkan 7 jendral dalam kasus G30S PKI. 

Haa duuuh.. Habis deh idenya. 
Tulis yang ada di pikiran perbaiki di kemudian hari. 




Komentar

  1. Yap . generasi sekarang terlebih kaum intelektual harus semakin sadar dan bangun dari tidur panjang, untuk tetap melanjutkan perjuangan sehingga cita cita masa lalu tidak terputus ditengah jalan.
    Tercipta negara yang thayyibatun wa rabbun ghafur.

    Gambaran sebuah negara yang makmur sejahtera nan ideal.

    BalasHapus
  2. Berani benar, untuk kemajuan pribadi atau golongan? 😊

    BalasHapus
  3. Berani benar tapi menutup mata dan hati nurani untuk kebaikan? Menganggap orang lain tidak ada yang benar? Hmmmm

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Orang bisa jadi Penulis

Menulis buku dari karya ilmiah

RDMKU ERROR