Berbagi Cerita
jakarta 23 juni 2022
tulisan 124
Seorang pumuda dari pelosok negeri mencoba untuk
mencari suasana yang berbeda dengan kondisi yang ada di kampungnya, sang pemuda
ini lantas meminta ijin kepada kedua orang tua untuk merantau supaya bisa
mengembangkan diri agar lebih baik. Awalnya orang tua laki-laki tidak
menyetujui apa yang menjadi permintaan dari putranya tersebut sebab sang ayah
tidak pernah melihat anak-anak jauh dari rumah dan kampong halaman, ditambah
lagi sang ayah tidak ingin anak-anaknya kenapa-kenapa di tanah orang. Maka
dengan bermacam alasan beliau merang putranya untuk pergi. Alasan yang
mengharukan terucap dengan tulus di hatinya “ayah tidak ingin kamu kenapa
kenapa, tidak ingin kamu sakit sedangkan ayah tidak bisa melihat dan memelukmu,
tidak ingin kamu tidak makan, tidak ingin kamu kekurangan uang jajan, tidak
ingin kamu kedinginan dan tidak ingin kamu tidak makan lantaran jauh dari kami.
Sisi lain ada yang menguatkan agar semua yang saya
inginkan bisa terwujud, saya mencoba berdiskusi dengan orang tua perempuan
“umi” dan memberikan alasan bahwa saya akan merantau untuk menuntut ilmu agar
saya bisa menjadi lebih baik kedepan, minimal bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah. Setelah menyampaikan niatan ini sang ibu hanya mengangguk
dan tidak bisa memutuskan untuk kelanjutannya. Tanpa saya sadari umi sudah
melakukan komunikasi terhadap semua keluarganya untuk meminta dukungan agar
saya bisa melanjutkan studi untuk menuntut ilmu di tanah rantauan.
Di hari selanjutnya saya kedatangan tamu tapi saya
belum melihat mukanya hanya saja suaranya saja yang saya dengan, mendengar
suaranya saya tidak terlalu penasaran karena suara itu sudah memang sering saya
dengar. Saya yang lagi asyik duduk main dibawah pelantaran rumah tiba-tiba umi
memanggil saya untuk membahas terkait dengan kelanjutan pembahasan saya kemarin
yang ingin melanjutkan pendidikan di tanah rantauan.
Setelah saya naik di atas rumah benar saja suara
yang saya dengar tadi adalah orang terdekatku dan orang yang selalu mengerti
tentang apa yang saya inginkan. “ama juma” namanya sang paman hebat yang tidak
boleh mendengar saya di marahi apalagi disakiti atau kena sakit. Beliau adalah
orang pertama yang respek ketika saya jatuh dijurang karena di kejar anjing
hutan di tengah hutan waktu saya berumur 10 tahun. Pada kesempatan ini beliau
datang dengan tujuan mendukung saya dengan penuh untuk melanjutkan mimpi supaya
bisa pergi merantau ke tempat rantauan.
Beliau mulai membuka percakapan. Nak apakah kamu
benar mau pergi ke Mataram Untuk melanjutkan sekolahmu. Sayapun menjawab dengan
singkat “Iya” sambil menundukkan kepala karena tidak kuasa mamandang mukanya.
Oh begitu, baik yang penting paman sudah tau, nanti tugasmu bersiap-siap saja
apa yang kamu butuhkan agar semua kebutuhanmu paman yang mengurus, ungkapnya.
Mendengar kata-kata yang disampaikan oleh paman
membuatku sangat senang dan bahagia, seolah apa yang menjadi harapan dan
cita-citaku sebentar lagi akan segera terwujud, serta tidak lupa bersyukur
kepada allah karena mengijinkan saya lahir di Rahim seorang ibu yang hebat yang
selalu mengerti apa yang saya inginkan. Orang tua saya bisanya di panggil Hj.
Harna oleh sanak saudaranya. Terimakasih atas doanya ibunda hebatku, hanya
dengan doamulah arsnya allah itu bergerak dan bergetar.
Kisah yg padu padan antara kegigihan dan harapan
BalasHapusSiap kanda ku.
HapusLanjutkan menulisnya, buatlah paragrap pendek² dan perhatikan PUEBI
BalasHapusSiap bun. Makasih.
HapusNah tuh udah ada masukan di atas. Berproses aja
BalasHapusLanjutkan bagus
Saya lihat di laptop paragrafnya pendek2 teh, karena tumben kali ini tulis pake laptop.. Hehehe
HapusMantap Pak, mewakili ortu2 yg ingin anaknya sukses
BalasHapus