Hokage ke 4 Indonesia
Jakarta 13 juni 2022
Tulisan 115
Gitu Aja Kok Repot..!
Sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia dengan kalimat diatas bahkan dalam buku Perjalan Politik Gus dur, Abdul Munir Mulkhan memulai tulisan dalam prolognya dengan judul gitu aja kok repot. Jadi kalimat tersebut adalah mantra yang mujarab yang di miliki oleh Presiden ke empat yaitu Abdurrahman Wahid atau sering di sapa dengan GusDur
Saya pribadi melihat bahwa perjalan politik presiden ke empat ini penuh dengan desakan ideologis, mulai dari yang nasionalis, Pancasilais dan agama. Hal ini di buktikan dengan bagaimana proses pemilihan Gusdur menjadi presiden yang waktu itu lawannya sangat mumpuni yaitu megawati atau PDIP di ideologi nasionalis dan golkar melalui Akbar Tanjung Pancasilais dan Amin Rais di agama melalui ICMI.
Megawati merasa tidak akan kalah dalam pencalonan dirinya sebagai presiden hal itu di buktikan dengan survei yang menggap suara Megawati paling tinggi yaitu 48% sedangkan Gusdur hanya memperoleh suara 11% dan sisanya di bagi dengan tokoh lain seperti Amin Rais, Wiranto dan Akbar Tanjung. Jadi wajar pada saat Kongres PDIP mengusulkan Megawati menjadi orang nomor satu di bangsa Ini, tapi apalah daya yang menjadi keputusan Kongres tersebut tidak terwujud malah yang menang adalah Gusdur yang awal survei tidak terlalu di perhitungkan.
Setelah Gusdur memimpin bangsa ini ada julukan yang sering kita dengar dengan sebutan bapak pluralisme. Kenapa Abdurrahman Wahid disebut sebagai bapak pluralisme?
menurut saya karena dari presiden Soekarno, Suharto dan B. J Habibie lebih pada hal-hal yang politis untuk kepentingan kekuasaan masing-masing sedangkan Gusdur lebih pada sikap menjaga kesatuan dan persatuan untuk kepentingan bangsa. Menegakkan Hak asasi manusia dan hak asasi warga negara untuk bisa bebas dalam melaksanakan segala apa yang menjadi keinginan baik dalam persolaan kebangsaan maupun dalam persoalan agama.
Gusdur juga meninggalkan sejarah yang baik di kalangan minoritas, pada saat menjadi presiden Gusdur mencabut intruksi presiden (inpres) nomor 14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan dan adat istiadat china. Inpre yang dilahirkan pada jaman presiden Suharto ini adalah inpres yang melarang semua aktifitas yang berkaitan dengan etnis Tionghoa termasuk Imlek. Dalam pandangannya minoritas juga memiliki hak yang sama dengan mayoritas untuk menikmati kebebasannya dalam mengembangkan diri dalam melakukan hal-hal yang diyakini.
Setelah mencabut inpres di atas presiden Gusdur membuate Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 pada 17 Januari 2000 dan Sejak saat itu masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia hingga saat ini bisa mendapatkan kebebasan merayakan Tahun Baru Imlek.
Gus Dur juga meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (libur hanya bagi yang merayakannya) melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001 tertanggal 9 April 2001. Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada 2002 dan dimulai pada 2003.
Waktunya magrib. Tulisannya terhenti sejenak.
Lanjut lain kali.. Hehehe
Semakin terlihat wawasan sejarahnya ya pak. Penulis adalah pembaca yang lahap
BalasHapusLanjutkan
Siap motivator hebat ku. Thanks
HapusMantap 👍👍👍
BalasHapusThank's
HapusKeren....👍
BalasHapusMg gus dur dapat nikmat kubur
BalasHapusDapat komentar dari penulis handal sangat memotivasi diri. Terimakasih kanda
HapusSemoga bisa mengikuti jejak kanda
Menjadi nambah ilmu membaca tulisan bapak
BalasHapusMembaca komentar bu juga sangat memotivasi untuk terus belajar saya. Terimakasih
HapusSiapa pun yang jago sejarah, saya acung semua jempol yang saya punya karena saya paling bingung kalau diajak cerita tentang sejarah, apalagi terkait apa, siapa, di mana dan kapan. Salut untuk Balak.Keren.
BalasHapusTerimakasih kak ros, sudah berkunjung di tulisan anak bawang ini. Sehat2 kak
HapusMantap pak. Keren. Menggunakan kata hokage seperti di anime Naruto. 😁
BalasHapusKebetulan saya senang nonton filem naruto pak
Hapus