Kegelisahan di bulan purnama

Jakarta 19 juni 2022
Tulisan 121






Malam ini terasa senyi sekali seperti halnya kesunyian yang dipancarkan oleh cahaya bulan purnama yang berada tepat di kepala ku. Malam ini terasa ada yang mengganggu pikiranku sehingga mata ini pun susah sekali di ajak bersahabat, walau sudah sangat terasa capek tapi tetap saja tidak bisa di pejamkan padahal sudah di paksa tetap tidak bisa dan bawaannya berkedip terus menerus. 


Ada saja hal yang dipikirkan, dikhawatirkan dan di gelisah kan tapi sesungguhnya yang di pikirkan dan di khawatirkan itupun tidak jelas apa dan mengapanya tapi yang jelas malam ini pikiranku melayang-layang layaknya burung merpati yang selalu terbang indah dalam kebahagiaannya.

Pikiran ini pun membantu hati sehingga mengingat-ingat apa sebenarnya yang di khawatirkan dan yang digelisahkan? Mungkin banyak yang menjadi sebab sehingga pikiran ini tak jelas arahnya, mungkin karena masalahku di sekolah, dirumah, di lingkungan dan mungkin dengan sahabat kerabat serta teman yang ada di depan khayalanku. 

Kekhawatiran dan kegelisahan ini semoga tidak terjadi seperti biasanya, yang ketika dia datang menggerogoti pikiranku dan mata ini pasti tidak di ajak untuk tidur sampai menjelang matahari pagi datang menghampiri tubuhku yang masih terbilang kurus ini. 

Biarlah pikiran ini terus begini sampai nanti dia bilang masalahmu selesai dan mari kita istirahat, sekarang tugasku hanya memohon petunjuk kepada Tuhan untuk senantiasa diberikan kesehatan dan kejernihan dalam mengelola pikiran ini sampai waktunya kebahagiaan itu datang menghampiri pikiranku kedepannya.

Mataku terus terpejam. Namun keringat dingin tiba-tiba saja datang seolah menyampaikan pesan dan mengingatkanku kepada perkataan terakhirnya. “kenapa sih orang-orang suka mengadu domba orang lain dan kenapa juga aku harus memikirkannya” tanya hatiku. Aku tidak seegois yang dia laporkan aku hanya menjalankan tugas seperti layaknya orang yang bekerja di tempat orang lain. Tapi laporannya itu seolah-olah aku lah yang bersalah karna tidak menuruti apa kemauannya. Hemmm sebenarnya aku tidak ingin mengingatnya untuk sementara ini. Hal lain yang menjadi penenang hati dan pikiranku adalah saat dimana kita tertawa dan bercanda bersama, hal tersebut lebih banyak kita lakukan dari pada ini, dan semua sudah tertutupi oleh satu kesalah fahaman yang kita lakukan. 

Tidak ada yang bisa membuatku nyaman dan tenang malam ini kecuali chat melalui doa dengan sang Pencipta langit dan bumi. Berharap semuanya akan baik-baik saja serta ada solusi apa langkahku kedepan, apakah harus terus bertahan ataukah mundur selangkah untuk menjemput kemenangan yang di janjikan olehnya. 


Hummm.. Tapi ya sudahlah. Aku tak mengerti lagi tentang diriku malam ini, yang pasti aku ingin kembali pulang ke tempat ternyaman ku. 


Sekian

***

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis buku dari karya ilmiah

MENJADI PENULIS MAYOR

“MENULIS BUKU MAYOR DALAM DUA MINGGU”