Hujan Di Malam Takbir

 Jakarta 20 april 2023

Hujan Di Malam Takbir



Malam ini suasananya sangat enak dan penuh dengan kedamaian sehingga bunyi kaki yang melangkah di tangga rumah seolah merdu ku dengar. Tepat setelah aku selesai sholat isya ada bunyi kaki melangkah di tangga menuju ke tempatku, ternyata itu adalah langkah kaki istri ku yang datang Menyamperi sembari mengajak. "Ayo kita jalan-jalan keluar yuk, Umi (panggilan sayangku pada istri) mau makan bakso".

Akupun tidak langsung menyiakan serta mengikuti ajakannya, aku mencoba menagih janjinya yang ingin memberikan hadiah ulang tahun padaku. Sebenarnya aku tidak ingin hadiah atau kado yang besar-besar seperti orang kebanyakan (ya maklum aku selalu sadar diri tentang berapa pendapatanku setiap bulannya), aku hanya minta di belikan tiga baju yang harganya 100.000 dapat tiga stelan artinya baju itu harganya hanya 33.000 saja satu stelannya. 

Istri langsungn sepakat dengan permintaan tersebut "ya sudah ayo kita jalan" Ungkapnya dengan raut wajah yang sedikit senang dan sedikit pula memberikan isyarat (kok suamiku kerjaannya beli-beli melulu yaa). Aku sedikit banyaknya bisa membaca kode isyarat serta bisa membaca karakter orang, ya mungkin karena dulu aku pernah di ajari oleh senior ku yang di mataran tentang bagaimana orang bersikap dengan ku dan menyimpulkan sikapnya itu dengan mudah. 

Senior aku itu bernama AMIRULLAH, salah satu senior yang banyak mengajariku tentang banyak disiplin ilmu, beliau adalah salah satu senior yang aku banggakan dan menjadi panutan dalam perjuangan, beliau banyak berkontribusi terhadap perjuangan ku selama di Mataram dulu, termaksud konstribusi mengajari ku ilmu membaca karakter orang. 

Jadi setelah aku menetapkan dan mengamati gerak-gerik istri dengan disiplin ilmu yang aku miliki, aku menemukan satu celah seperti di atas, tapi hal itu tidak membuatku langsung bertanya karena aku tidak suka membuat sesuatu yang tidak penting menjadi di anggap penting. 

Aku, istri dan anakku semuanya sudah siap-siap untuk keluar rumah dan mendekati motor yang sudah aku parkir didepan rumah. Aku memanggil anakku dengan kalimat perintah "abang ayo naik dulu di motor, nanti umimu naiknya di depan saja" Ungkap ku sembari aku menghidupkan motor beat yang aku parkir depan halaman rumah. 

Anakku pun langsung naik dan duduk di kursi di depan yang sudah aku siapkan untuknya, setelah aku memastikan anakku duduk dengan baik dan aman baru aku menarik gas motor dengan pelan-pelan mengikuti gang kecil tempatku tinggalku. 

Sebenarnya istri pun bisa naik langsung di tempat parkir motor yang ada di depan halaman rumah itu cuman karena dia takut dengan jalan sempit maka dia selalu naik di depan jalan besar setiap kali kami ingin pergi jalan bersama. 

Dalam perjalanan kami tetap ngobrol seperti biasa, istri mulai bertanya "uangnya sudah ada belum" Akupun menjawabnya dengan nada datar "belum ada emangnya kenapa" Diapun menjawab kembali pertanyaan ku itu "tidak apa-apa sih". Karena aku tidak ingin dia bertanya terus aku memutuskan untuk ke mesin ATM untuk melakukan pengecekan, benar saja uang Ku belum keluar. 

Setelah aku mengecek dan hasilnya pun aku sampaikan kepadanya bahwa uangnya belum masuk. Dia lantas berucap " Kok lama sekali sih pada hal yang lain sudah pada semua loh" Akupun tidak merespon ungkapan itu, yang jelas aku sudah memiliki niat untuk menunjukkan bahwa aku memang ingin terbuka untuknya. Akupun kembali naikin motorku dan siap-siap mengantar sang istri untuk makan Bakso tapi di pertengahan jalan istri langsung bilang "ketempat beli baju abi aja dulu yaa" Karena merasa senang aku pun langsung arahkan setir motor ketempat yang jual baju tersebut sembari mengontak orang yang punya butik. 

"Kak hari ini tutup jam berapa dan promo yang kemarin masih berlaku tidak untuk hari ini", yang punya butik pun langsung menjawab pertanyaan ku " Terimakasih kak sudah kembali menghubungi kami, hari ini kami buka sampai jam 9 malam kak ya, untuk memudahkan kak datang, aku share lokasinya ya". Hasil percakapan itu aku sampaikan kepada istri dan dia bilang ya udah tidak apa-apa kesana aja dulu, nanti untuk baksonya kita lihat sambil jalan saja. 

Tepat jam 08:47 aku sampai kebutiknya, waktu aku memilih baju hanya 13 menit saja, lewat dari itu maka aku tidakkan bisa pilih-pilih lagi. Dan benar saja aku belum genap memilih pakaian yang sesuai dengan seleraku malah waktu habis. Saat-saat seperti ini kenapa ya waktu berputarnya terasa cepat, pada hal perasaan baru sebentar tadi aku masuk melihat, memilah dan memilihnya. Tapi apalah daya aku harus tetap mengambil walau aku harus ambil acak. Disini istri juga sudah desak-desak untuk segera keluar sebab dia sangat tidak enak apabila kami akan di usir oleh orang yang punya butik. 

Akhirnya pun aku memilih tiga baju dengan ukuran yang berbeda serta warna yang berbeda, yang pertama aku ambil warna hijau dengan ukuran M, yang kuning dengan ukuran L dan yang pink dengan Ukuran XL. Semua baju yang aku ambil ini sudah aku coba semua, yang ukuran M lumayan bagus dengan ku, kalau yang L juga agak pas di badanku dan untuk yang XL bagiku ukurannya agak kebesaran tapi tidak apa-apa lah yang penting aku sudah mendapatkannya. Apalagi baju ini sebagai tanda hadiah dari istri (harga boleh murah tapi keikhlasan dan ketulusan melebihi dari segala-galanya. Dan bahkan hal tersebut tidak murahan) 

Setelah selesai aku membayar baju yang sudah aku pilih selanjutnya aku dan istri bergegas mencari bakso yang dia inginkan, dalam perjalanan aku selalu bertanya "mau makan bakso dimana, apa mau makan bakso di tempat kemarin yang umi lihat itu". Diapun menjawab sangat simpel " Tidak tau, bingung jadinya. Jalan aja dulu terus mungkin nanti ada". Akupun terus mengikuti instruksinya. 

Aku terus fokus untuk melihat ke depan dan sesekali nengok kiri dan kanan sambil melihat yang jual bakso, sekitar 300 meter dari tempatku yang semula aku menemukan orang yang jual bakso, tempatnya sangat bagus apalagi bakso nya ada tulisan halalnya, kalau tidak salah dalam spanduknya tertulis BAKSO ASLI MALANG (dijamin halal). Kira-kira seperti itu tulisan di spanduknya, karena melihat bakso itu halal akupun sampaikan kepada istri ayo makan di sini saja "itu bakso nya halal tau". 

Diluar dugaanku istri langsung bilang " Tidak usah disitu di yang lain saja atau di depan rumah kita saja", dalam hati aku sudah memiliki perasaan tidak enak ini, tapi aku tetap melanjutkan perjalananku sesuai dengan keinginannya. 

Dalam perjalan menuju arah pulang aku tidak sengaja melihat penanda bensin motor yang kami kendarai ternyata penanda itu sudah bergerak-gerak yang artinya bensin yang akan segera habis, aku sampaikan kepada istri "nanti kita isi bensin motor juga yaaa" Sembari menurunkan gas motor agar tidak terlalu boros bensi (kata orang yang membuat bensin cepat habis itu ya kita sering naik turunkan gas motor). 

Kamipun terus melaju dengan perlahan dan tiba-tiba ada dua orang suami istri yang sedang mengendarai motor supra dengan bermacam-macam barang bawaan. Mereka mendekatkan motornya kepada kami yang sedang jalan cukup pelan sembari bertanya "maaf dek kalau boleh tanya, arah yang menuju merak kemana ya". Akupun langsung menunjukkan arah jalannya dan mengarahkannya untuk terus mengikuti jalan Raya Dan mogot jakarta. 

Dua orang tua itu ternyata mau pulang kampung, mereka berdua asli dari lampung dan disini mereka tinggal di depok Jawa barat. Aku sungguh di buat kagum pada dua orang tua tersebut, mereka dari jauh masih saja setia pulang berduaan walau pulang dengan mengendarai motor. Sisi lain istri juga sangat mengagumi kedua pasangan tersebut sambil berkata " Ya allah mereka berdua kuat bangat sih, jalan pake motor dengan barang bawaan yang banyak begitu".

Kami berduapun dibuat kagum terus menerus oleh pasangan tersebut, walau dalam kekaguman itu aku tetap fokus pada jalan kami dan sesekali aku bertanya kepada istri "gimana jadinya mau makan bakso dimana" Istri hanya terdiam saja dan tidak menjawab, dugaanku dia masih terkesima dengan perjuangan dua orang tua hebat yang baru saja dia lihat barusan. 

Sampai pada akhirnya dalam perjalanan mencari bakso kami di kejutkan dengan datangnya hujan yang turun dengan tiba-tiba dan membuat kami terpaksa berteduh di rumah orang yang tidak kami kenal, karena takut pulang kemalaman dan tidak bisa beli bakso istri sesekali akupun menawarkan kepada istri untuk pake jas hujan agar tidak kelamaan menunggu hujan reda tapi istri tidak mau menggunakan jas hujan dia tetap ingin menunggu hujan reda, baru perjalanan bisa dilanjutkan. 

Ternyata benar sekali dugaanku yang memprediksi bahwa hujan akan awet, di rumah orang ini kami duduk sudah 2 jam lebih. Bayangkan sejak jam 09:15 sampai dengan jam 11:17 kami duduk sembari menunggu hujan reda. Istri tanpa sadar dia tertidur dalam keadaan duduk dan aku tidak berani mengganggunya, aku hanya tunggu waktu dia bangun saja untuk menawarkan kembali pake jas hujan agar segera bergegas pulang. 

Dia tetap saja tidak ingin pake jas hujan, sampai aku putuskan jalan walau gerimis menghadang jalan pulang kami. Tapi karena keputusan udah bulat aku terus menancapkan gas motor sampai bensin tidak ada lagi. Aku terpaksa berhenti di pom bensin dengan keadaanku yang sudah basah. 

Setelah dia lihat aku sudah basah dan hujan semakin deras akupun menawarkannya kembali untuk pake jas hujannya dan dia jelas mau dan tidak menolaknya, dalam perjalan aku beberapa kali mutar balik karena jalan yang aku lewati sudah banjir tinggi, sampai pada tikungan dekat dengan Rumah Duka Jelambar motorku sempat mati karena di tikungan itu airnya sudah lumayan tinggi. 

Bersyukurnya aku tetap stabilkan gas motorku walau motornya sempat mati sebentar dan hidup lagi, aku terus berjalan menuju tempat tinggal ku sambil melewati tempat orang yang jual bakso, akupun menawarkan kepada istri "mau makan bakso tidaak", dia menjawab dengan nada yang kasar yang tidak aku sukai " Nggak usah, sambil menahan emosinya".

Akupun menanyakan kenapa sih, katanya tadi mau makan bakso sekarang kok emosian. Kan dari dari di ajak pake jas hujan agar tidak kemalaman pulangnya, malah ini kok marah-marah tidak jelas ungkap ku. Dia tidak menjawab satu katapun pertanyaanku, dia hanya berdiam diri sampai kami sampai di rumah. 

Aku masuk ke rumah sambil membawa tas ku dan simpan di atas lemari yang aku buat sendiri, sedangkan istri langsung masuk dan mengambil pellan untuk mempell sisa air di jas hujan yang kami bawa pulang, akupun kembali keluar untuk mengunci motor dengan menambahkan gembok di cakram depannya sedangkan istri masih terus pell lantai yang basah. Aku masuk kerumah dan membuka celana yang sudah basah karena air hujan tersebut dan setelahnya aku langsung masuk ke toilet untuk mencuci celana yang basah tersebut  sedangkan istri dan anakku sudah naik ke lantai dua dan mereka semua sudah pada tidur di kamarnya. 

Aku hanya melihat mereka yang tidur sembari membawa celanaku yang basah karena aku cuci tadi. akupun tidak berani mengganggu mereka yang sedang tidur lelap karena takut mereka kecapean sehingga Aku membiarkan mereka tertidur lelap sembari aku membuka HP sambil menulis ceritaku hari ini. 

Akhirnya tulisan ini aku selesaikan tepat di jam 00:47 dengan simpulan aku masih punya hutang kepada istri untuk mengejaknya makan bakso, besok aku akan menyuruhnya untuk memilih tempat makanan bakso terenak di jakarta dan makan sepuasnya dan yang membayarnya adalah aku sendiri sebagai ganti hari ini, sebagai ganti kekesalannya hari ini dan sebagai ganti tidurnya di jalan hari ini. 

Akhir kata dalam tulisan ini, semoga terus di berikan kesabaran dalam menghadapi keegoisan dan kecerdasan istri tercinta dalam kondisi apapun. Dan selanjutnya terimakasih kepada allah yang telah memberikan nikmat hujan kepadaku sehingga aku mendapatkan pelajaran kedewasaan kembali di hari ini. 


Jakarta 21 april 2023



Sahril Al Hamid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerobak Bakso Hati

Semua Orang bisa jadi Penulis

Indonesia Berkarakter